Pernah tahu konsep saham? Sederhananya gini, kalau kita ikut modalin sebuah perusahaan, maka kita akan dapet bagian yang namanya saham. Jumlahnya sesuai dengan banyaknya uang yang kita setor. Misal, kalau 1 lembar saham nilainya Rp 1.000,- dan kita taruh uang Rp 10 juta, maka kita akan dapat 10.000 lembar saham. Kalau punya saham, artinya kita ikut memiliki bagian dari perusahaan itu. Nah, saham ini bisa hasilin duit kita. Mau tau caranya?

1. Jualan saham a.k.a. trading

Ini cara paling umum dalam menghasilkan duit dari saham. Jual beli saham. Yup, sama kayak kita jual beli timun dan sayuran di pasar sayur, ada pasar khusus saham. Di Indonesia, yang menyediakan ini adalah bursa efek. Intinya, kita beli saham murah, lalu berharap harganya naik dan dijual. Dari selisih penjualan itu, kita dapet untung. Sesederhana itu? Konsepnya iya. Realita di lapangan enggak.

  • Dari mana kamu tau saham itu murah atau mahal? Ini harus belajar. Ada teorinya kok.
  • Dari mana kamu tau saham itu bakal naik atau turun? Bisa dari berita, atau kamu kemakan rumor dan jadi zonk.
  • Kamu juga harus memperhitungkan fee saat beli saham dan fee saat jual saham. Kalau enggak, kamu malah boncos.
  • Mau pakai analisa lilin dan bintang-bintang di langit? Boleh-boleh aja. Tapi belajar dulu teori probabilitas alias peluang di Matematika. Naik turunnya harga bisa diprediksi. Eits... prediksi gak selalu benar loh ya... Peluang 70% harga naik bukan berarti pasti naik. Masih ada 30% yang bisa bikin harga turun.
2. Mengharapkan kenaikan harga saham

Kalau ini ibarat kamu beli properti atau emas. Kamu beli saat murah, lalu tahan untuk waktu yang cukup lama sampai harganya naik. Bedanya dengan trading saham apa? Kalau trading saham, biasa waktunya singkat, bisa dalam hitungan hari, jam atau bahkan menit. Sedangkan di point ini, kamu menyimpan saham bisa lama banget. Bisa bulanan atau tahunan.

  • Kamu biasanya akan memperhitungkan potensi kenaikan harga saham di jangka panjang.
  • Teknik ini menuntut kamu untuk memahami jeroan perusahaan dan bisnis yang dilakukan. Kamu mungkin perlu menganalisa integritas pimpinannya, baca-baca laporan keuangan, dan cari info soal potensi bisnis yang dilakukan perusahaan yang sahamnya kamu beli.
  • Kamu gak akan peduli naik turun harga saham yang kamu pegang ini, selama belum mencapai skenario target untuk menjual.
  • Kamu gak akan peduli sama rumor sesaat.
  • Kamu cuma akan jual saham yang kamu pegang kalau harganya sudah sesuai skenario yang kamu bikin, atau kamu tulis ulang skenario baru, atau ada saham yang jauh lebih menarik.

Punya saham pakai cara ini biasa disebut investor. Hidup orang yang yang invest pakai cara ini biasa lebih tenang, gak dag dig dug kayak trader. Bisa salah gak? Ya bisa-bisa aja. Maka itu, ada teknik untuk mengamankan investasi cara ini. Dibahas di tulisan lain aja ya... 

3. Dapet cuan dari deviden

Kalau kamu sudah setor modal di suatu perusahaan, maka kamu berhak untuk dapet sebagian keuntungan. Besarnya sesuai dengan lembar saham yang kamu punya, dikalikan dengan deviden setiap lembar saham. Misal:

  • Kamu punya 10.000 lembar saham
  • Tiap saham diputuskan untuk menerima keuntungan Rp 100,-
  • Maka kamu akan mendapat deviden 10.000 x Rp 100,- = Rp 1.000.000,-

Enak? Masalahnya gak semua perusahaan di bursa efek itu bagi-bagi deviden. Ada yang bertahun-tahun gak pernah bagi deviden. Alasannya macem-macem:

  • Masih butuh modal buat pengembangan. Jadi keuntungannya ditahan.
  • Perusahaan merugi karena berbagai alasan. Misal, salah kelola, kalah saing dengan kompetitor, dikorupsi, dll.
  • Emang pelit aja.

Jadi, kalau mau dapet duit dari deviden, penting buat analisa perusahaannya.

  • Pastikan beli perusahaan dengan harga saham yang pantas (dibahas ditulisan lain aja ya...)
  • Pastikan bukan perusahaan yang baru IPO. Minimal umur perusahaan 5 tahun.
  • Minimal sudah bagi deviden rutin selama 5 tahun.
  • Deviden yang dibagikan harus lebih besar dari inflasi. Misal inflasi tahun ini 8%, mestinya kamu cari perusahaan yang kasih deviden lebih dari 8%. Setidaknya 10% lah. 10% ini adalah total deviden dalam setahun dibandingkan dengan harga saham.
  • Deviden yang dibagikan stabil secara persentase dari harga saham. Kalau deviden yang dibagikan naik turun, bisa alamat kita gak dapet boncos.
  • Penting, pastikan bisnis perusahaan ini jelas. Jadi kenalilah perusahaan tempat kita mau invest.

Kalau saya, punya daftar perusahaan yang selalu bagi-bagi deviden, diurutkan dari yang persentasenya terbesar. Dari data saya, saham-saham bluechip itu pelit-pelit bagi deviden loh. Tapi... saham blue chip biasanya harganya naik terus.

Punya saham dengan tujuan kayak gini, hidup juga tenang, karena saham akan dipegang jangka panjang, selama perusahaan itu masih beroperasi dan hasilin cuan, plus bagi deviden. Ini beda dengan orang yang beli saham cuma kejar deviden, setelah dapet deviden trus dilepas. Yang terakhir ini sama dengan trader. Kalau dihitung, trader deviden ini sebenernya gak untung-untung banget. Karena ketika perusahaan mau bagi deviden, harga saham biasanya naik. Setelah bagi deviden, harga turun. Nah, devidennya itu biasa gak sepadan dengan selisih beli dan jual saham.

Punya saham itu ibarat punya properti:

  • Kamu bisa jual beli dengan cepat kayak trader.
  • Kamu bisa simpan dan tunggu harganya naik.
  • Kamu bisa sewain ke orang dan dapet duit sewa seperti deviden.

Apa pun itu, kenali perusahaannya.